Inilah Analisa Harga Properti di Indonesia Selama 3 Tahun ke Belakang dan Prediksi ke Depan

Ketertarikan para investor dan pengusaha untuk merambah bisnis properti memang semakin meningkat. Apalagi mengingat kebutuhan properti yang setiap tahun meningkat lantaran jumlah populasi penduduk juga semakin meningkat. Terlebih lagi kebutuhan properti merupakan kebutuhan primer dasar yang harus dimiliki setiap manusia apalagi pasangan yang sedang memulai berumah tangga.

Inilah Analisa Harga Properti di Indonesia Selama 3 Tahun ke Belakang dan Prediksi ke Depan

Sehingga banyak yang melirik usaha properti untuk dikembangkan menjadi sebuah bisnis yang menggiurkan. Serta satu hal yang menjadi dasar pengusaha memilih bisnis properti adalah harga tanah dan bangunan yang setiap tahun selalu meningkat. Memang banyak para pengusaha yang terjun di bidang properti yang kemudian sukses besar dan meraup keuntungan berlipat. Tapi ada pula pengusaha bisnis properti yang harus gulung tikar lantaran tidak mampu bersaing untuk meraih pembeli sehingga tidak bisa mengembalikan modal yang telah dikeluarkan.

Membicarakan masalah situasi dan harga properti di Indonesia apalagi di kota besar memang tidak pernah ada abisnya terutama bagi masyarakat menengah ke atas. Bagi mereka yang telah bekerja dan mapan pasti menginginkan rumah idaman sebagai tempat tinggal mereka memulai hidup baru bersama pasangan.

Namun, harga properti yang ditawarkan seakan tidak berpihak dengan pendapatan masyarakat yang masih rata-rata. Belum lagi biaya kehidupan sehari-hari yang cukup tinggi di kota-kota besar tentu membuat sebagian besar orang berpikir ulang untuk membeli properti. Sehingga muncullah sistem kredit dan promo-promo lainnya yang ditawarkan oleh agen properti.

Meskipun usaha properti terlihat semakin berkembang dari tahun ke tahun, namun ternyata sejak pertengahan tahun 2017 lalu harga properti mengalami kondisi stagnan. Banyak yang mengakui bahwa penjualan properti di sektor primer tidak sesuai ekspektasi dan hanya tumbuh 3,61% secara quarter to quarter dan mengalami penurunan dibandingkan pertumbuhan tahun 2016 yaitu sekitar 4,02%.

Pertumbuhan yang lambat ini disebabkan lantaran permintaan hunian yang sedang menurun sedangkan biaya material bangunan dan upah pekerja semakin meningkat. Selain itu, daya beli masyarakat yang turun juga diakibatkan karena pencabutan subsidi listrik dan bahan bakar minyak yang cukup berpengaruh terhadap ekonomi masyarakat. Bahkan masyarakat masih menahan diri untuk membeli properti sambil menunggu sitausi politik dan ekonomi agar lebih stabil.

Secara ringkas, penjualan properti di tahun 2017 menurun sebesar 4,02% sedangkan harga rumah naik sebesar 3,17%. Harga properti yang semakin tinggi membuat penjualan semakin menurun yang mana meskipun ada kemudahan melalui sistem KPR (Kredit Pemilikan Rumah) tetap saja dianggap kurang menguntungkan karena pembeli harus sabar selama 31 tahun membayar cicilan dan jangka waktu tersebut merupakan jangka waktu yang cukup lama.

Di satu sisi masyarakat akan merasa terbebani dan perasaan dihantui hutang selama hidupnya. Sedangkan dari pihak pengusaha mereka butuh menjual cepat dan menaikkan harga properti karena faktor inflasi  yang berhubungan dengan tingkat suku bunga Bank Indonesia, pertambahan penduduk Indonesia, dan investor. Tidak heran jika hingga saat ini masih banyak apartemen baru yang masih kosong karena kebanyakan apartemen tersebut dibeli oleh investor hanya untuk investasi.

Jika melihat analisa Survey Data Bank Indonesia, sampai akhir tahun 2010 kenaikan harga properti cenderung tetap yaitu sekitar 3%. Sedangkan pada tahun 2012 mengalami kenaikan yang cukup signifikan sekitar 6% dan menembus 14% pada tahun 2013. Kemudian pada awal tahun 2014 harga properti mengalami kenaikan hingga 34,6% yang berakibat penurunan penjualan dari tahun 2014 hingga 2017 sebesar. Kenaikan harga ini pun terus diikuti hingga mencapai 3,5% sampai pada tahun 2017.

Melihat kinerja sektor properti di tahun 2017 yang masih rendah meskipun ada nampak indikator yang menunjukkan pemulihan, banyak yang memprediksikan bahwa pada tahun 2018 ini sektor properti akan sedikit membaik meskipun perlahan. Pemulihan di sektor properti ini dilihat selaras dengan prediksi pertumbuhan ekomoni yang sedikit membaik dan mengalama kenaikan 0,2% yaitu sebesar 5,3%.

Tentu hal ini menjadi berita yang cukup melegakan bagi pelaku bisnis propeerti diiringi dengan pertumbuhan KPR dan KPA yang meningkat lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit. Selain itu, dengan adanya kemudahan dalam membeli perumahan dan suku bunga yang cukup terjangkau diharapkan akan dapat meningkatkan permintaan hunian di tahun depan.

Komentar

Postingan Populer